Artigu ida ne'e
Jornalista UMR Ermera simu Via Email iha loron 29/11/2012 nebe hakerek ho lian
Indonesia, tuir mai ami hatun redasaun kompleto Mr. Rio Borges nebe oras ne'e
dadaun nia recidensia iha Macau
Di
pagi yang buta, tepatnya pada tanggal 4 October 2010, aku mendarat dengan
pesawat Mandala Airline via Jakarta-Macau. Saat hendak lepas landas dari
Bandara Soekarno-Hatta ternyata pesawat pengalami gangguan teknis. Kami harus
menunggu sepanjang satu jam dalam pesawat untuk perbaikan. Akhirnya kami dapat
terbang dan meninggalkan ibukota negara Indonesia itu.
Karena
jumlah penumpang yang relative minim,aku mendapatkan tempat yang leluasa untuk
beristirahat sejenak dalam perjalanan menuju Macau.Genggaman kursi dilipatkan,
menjadi alas tidur yang tiada duanya walau hanya di kelas ekonomi. Durasi
perjalanan yang membutuhkan waktu sekitar 7 jam memang membutuhkan sedikit
waktu untuk dapat bermimpi sejenak walau di dalam pesawat.
Mimpi-mimpiku
belum selesai,aku terbangun ketika terdengar suara merdu dari seorang pramugari
yang melangtungkan suara pengumuman “Perhatian, sesaat lagi kita akan mendarat
di Bandara Macau”. Seketika itu langsung terbanggung, aku tak ingat lagi
apa yang terjadi dalam mimpi-mimpiku itu, ternyata mimpiku harus bersambung
dengan kota JUDI Macau, suatu sambungan yang tak dapat bersambung karena tidak
ada kesinambungan dari sambungan mimpi-mimpi sebelumnya. Bagaimana pun juga aku
harus membuka lembaran episode baru untuk menata kembali segala mimpi-mimpi
yang terbawa oleh alam di bawah sadar yang tidak dapat di replay lagi.
Saat
tinggal landas, hanya ada satu rasa yang selalu terekam rapi yaitu SYUKUR.Rasa
syukur kepada Tuhan atas perjalanan yang mengenangkan.“Terima Kasih Tuhan atas
anugrah-MU yang melimpah ruah hingga aku sampai ke tempat tujuan dengan
selamat.”Lantunan doaku sebelum meniggalkan pesawat.
Saat
pesawat berhenti dengan sempurna, semua penumpang bergegas untuk mengambil
bagasi dari kabing pesawat, aku pun mengambil bagianku. Tidak banyak yang aku
bawa, hanya document untuk sekolah
dan beberapa helai pakaian di dalamtas rangselku sambil diikat dengan selendang
TAIS khas Timor.
Akhinya
kaki aku dapat mengentuh dan tangan dapat menjamah kota kecil itu. Rupanya
tidak rumit untuk berkumjung ke Macau, visa
on arrival tersedia bagi siapa saja. Ini merupakan sistem yang digunakan
Macau untuk menarik para turis untuk melihat kota yang berestetika Asia-Eropa itu. Untuk apply visa menetap sebulan di Macau,
kita harus membayar MOP 150,00 Patacas atau sekitar US$ 20,00.
Saat
keluar dari bandara, ternyata Amu Du telah menunggu dengan seorang Macaens.
Jemputan bagi seorang yang ingin menyembara dengan sejuta harapanakan hari esok
yang lebih baik. Sungguh terpukau oleh harapan-harapan yang masih terbungkus
oleh misteri alam, kita tidak tau kapan, tetapi akan tiba saatnya.
Setelah
bersalaman dan melepas kelelahan sejenak,mataku menoleh pada jarum jam yang
terpampang di dinding bandara, ternyata telah menunjukkan pukul 4 dini hari.
Aku
diantar menuju apartement. Rasa
nyantuk selamaperjalanan hilang seketika karena sinar lampu dari
hotel-hotel berbintang dan casino yang membias hingga mata tak mampu untuk
berkedip atau mencari panorama lain. Ternyata ini tidak pernah muncul dalam
mimpi-mimpiku sebelumnya.
Macau
yang terkenal dengan kota“judi” itu rupanya menjadi tempat sandaranku untuk
menimbah ilmu. Dalam waktu luangku, aku di ajak oleh teman senegeri untuk
menuju casino.Casino pertama yang aku
kunjungi adalah Venetian.Casino Venetian merupakan Casino yang
terbesar di Macau.Casino ini juga
dilengkapi dengan hotel, restaurant, pusat perbelanjaan, tempat pameran,
dll.Struktur bangunan yang menyerupai kota Venetian di Italia itu merupakan
inpirasi dari bangunan ini.
Saat
hendak masuk dalam Casino, topi harus
dikeluarkan, anak-anak dibawah usia tidak diperkenangkan untuk masuk dan lebih
daripada itu adalah pegawai negeri Macau tidak diperkenangkan untuk masuk dan
bermain di Casino. Selama setahun,
pemerintah hanya memberikan 2 hari special bagi para pegawai untuk bermain
yaitu pada tahun baru China yang biasanya di bulan kedua setiap tahun.
“Apa
si yang sebenarnya ada di dalam Casino?”Sambil bertanya dalam hati di pintu
gerbang.Pertanyaanku itu terjawab rapi dengan pengalaman pertamaku.Ribuan
mesin, ribuan orang dari berbagi negara yang mayoritas dari mainland China,
mereka sambil duduk dan ada yang berdiri untuk mengaduh keuntugan.Nenek-nenek
dan kakek-kanek dengan kursi roda pun tidak ingin ketinggalan.Sambil di dorong
oleh TKW Indonesia dan Filipina,Langsia meluangkan waktu berjam-jam di dalam
casino untuk mengaduh nasib menjelang sisa hari-hari teridah mereka.Ditengah
Casino aku melihat ada sekelompok meja berjejer yang sedang bermain mata dadu
(KURU-KURU).Wah…ini tidak asing lagi…Timor juga ada lho.” Aku pun mulai
menghampiri untuk membangdingkan apa yang aku tahu dari negeriku dengan
KURU-KURU ala Macau. Permainannya sama, cuma saja dadu yang dipakai itu dikocok
langsung oleh mesin dan meja permainannya yang sangat bagus, lagi pula yang
mengoperasikan itu harus berdasi dengan melalui kursus intensive selama 3 bulan
sebelumnya.
Tak
lama kemudian ada pelayan yang membawa jus, aqua, kopi susu, sambil menawarkan
secara gratis kepada siapa saja yang ada dalam Casino. “Wow…rupaya ada yang freegitu
lhoo”. Tak tanggung-tanggung, jus menjadi pilihanku di kala itu.Sambil jalan
dan menikmati jus yang segar rupanya menjadi perjalan yang mengenangkan.
Sebelum
meninggalkan Venetian, rupanya ada
pertunjukkan musik dan dansa Bale
yang sangat menarik untuk ditongtong. “Stop…stop…nongkrong dulu, mumpung lagi
free…ehhehehehe!.”Setelah selesai, kami langsung menuju ke pusat perbelanjaan
dengan gaya banggunan Venetian. Dia atas hotel yang berbintang itu ternyata ada
sampang-sampang yang membawa turis keliling sambil diinyayikan lagu-lagu
Itali.Moment terindah dirilis kembali dikala itu saat teringat lagu-lagu yang
pernah aku pelajari dari Romo Edu disaat duduk di bangkuSanyos dan Senofa Sambil
berjalan dan abadikan dalam foto, rupanya waktu sudah larut malam.Ketika hasrat
untuk pulang rumah, tetapi masih ada tawaranfree
cake. “Toce/ M’koi sai Panhaun” artinya terima kasih teman.Dua kata bahasa
Macau yang aku pelajari untuk ucapkan dengan sedikit ragu akan lafalnya.
Jika salah melafalkan, artinya akan berbeda, karena setiap kata mempunyai lebih
kurang 7 arti.
Saat
hendak pulang, ada seorang pelayan dengan berhasa Ingris menyatakan: “Tommorrow
is free HUG”….sambil tertawa aku menoleh kepada temanku dan berkata dalam
bahasa Tetum:” Hau haré hanesan free demais liu ona mak ne’e” jawabnya dengan
nada gembira “Free la macthe, free tiha deit” sambil tertawa dan berjalan
menuju pintu keluarCasino.
Sesampai
di halaman Casinoternyata masih ada
yang free lagi...!!! apa ya? Free bus
telah menunggu. “Free lagi ya?” sembari bertanya. Sungguh mengenangkan
hari-hari pertama ku di Macau.
Bergegas
untuk stand in line dan menumpang free bus dengan fasilitas video dan
terlengkapi dengan AC.Tak lama
kemudian bus sudah sampai di terminal, tempat yang hendak dituju. “Cepat
banggat ya!” pintaku dalam hati.Ternyata Macau berukuran kecil. Macau hanya
memiliki luas wilayah 29.7
km2, yang terdiri
dari Semenanjung Macau seluas 9,3 km2 dan terhubung ke daratan China, pulau
Taipa (6,8 km2) dan Coloane (7,6 km2) dan area reklamasi COTAI (6 km2). Cotai
sebelumnya merupakan laut dan sekarang telah disambungkan dengan pulau Coloane
dan Taipa, namanya merupakan singkatan dari Coloane dan Taipa.Aku sendiri
bermukim di Taipa di salah satu apartment
berlantai 9 dari 21 lantai. Untuk ke kampus di Macau harusmelewati salah satu
jembatan dari tiga jembatan yang menghubungkan Macau ke Taipa (salah satunya
adalah sepanjang 2.5km, yang lain adalah sepanjang 4,5 km dan yang ketiga
adalah sepanjang 2,2 km). Transport yang tersedia adalah public Bussdengan tarif sebagai pelajar dikenakan 1 pataca (10
cents). Jika aku harus berganti bus dangan waktu kurang dari 15 menit dan ingin
free charge,…cukup dengan menggunakan
bus sesama company.
Aku
ingin bercerita lebih lanjut, tetapi aku tidak ingin menghabiskan waktu untuk
saat ini, biar lebih indah kalau kita berhenti di sini dan terus bercerita di
lain episode, perlu juga ada sedikit penasaran, agar hidup ini indah dan terasa
sempurna adanya dengan berbagai rasa dan sentuhan dalam tulisan dan cerita
Tetapi…sampai
di sini dulu ya…! Ternyata sudah dingin dan malam pun mulai larut…terpaksa aku
harus turn off AC di kamarku, suhunya
8 derajat celcius, please, jangan
turun lagi ya…ini generasi dari matahari terbit lhooooo…rindu melihat matahari,
katanya matahari akan nampak dengan jelas di tahun depan, sekitar awal Maret
2013. Huuuuuuuuuuffffffff. Ceritaku ini akan berlanjut saat aku melihat kembali
matahari di kota JUDI ini. Seandanya di negeriku, pasti tidak membutuhkan waktu
lama untuk kembali bercerita, karena tentunya matahari akan terbit kembali
dengan waktu yang sama di hari esok…..tapi di Macau harus bersabar untuk
menunggu …aku pamit menuju rest room,
semoga dapat berjumpa dengan Matahariku, Negeriku, Timor-Leste dalam mimpiku
malam ini. Dari aku, coretan sang penyembara.
(1210) (Rio Borges) . (Publikasaun UMR Ermera)